JAKARTA – Rantai pasok logistik pendingin atau cold chain turut mengalami pertumbuhan positif, baik selama pandemi Covid-19 maupun pascapandemi, seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap makanan beku atau frozen food. Berkembangnya sektor bisnis cold chain dalam industri logistik juga mendorong para pelaku untuk melakukan perbaikan dari sisi peralatan dan jaringan agar dapat bersaing dengan pelaku industri logistik lainnya.
Co-Founder Paxel Zaldy Ilham Masita menjelaskan adanya Pandemi Covid-19 telah membentuk kebiasaan baru di antara masyarakat untuk mengirimkan makanan antar kota. Tidak terbatas hanya di dalam kota. Pada saat bersamaan, Paxel juga menangkap potensi UKM Kuliner di daerah juga memiliki potensi besar dan selama ini terhambat karena tidak adanya pengiriman cold chain antar kota yang dibutuhkan.
Melihat kondisi tersebut, para pelaku logistik, termasuk Paxel juga tertarik untuk mengembangkan last mile cold chain ke seluruh Indonesia. Zaldy memaparkan volume pengiriman Paxel dari segmen frozen food pada 2021 naik sebesar 56 persen dibandingkan dengan 2020. Pada Semester I/2022 ini, volume tersebut bahkan telah tumbuh hingga 83 persen dibandingkan dengan pada semester I/2021
“Paxel berharap dapat tumbuh di atas 50 persen setiap tahunnya. Strategi pertumbuhan akan didorong dengan kolaborasi logistik lainnya agar bisa bertumbuh dengan cepat dan juga membangun sistem dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik,” ujarnya kepada Bisnis.com, Minggu (7/7/2022). Guna mengimbangi pertumbuhan bisnis cold chain saat ini, Paxel juga akan berekspansi ke 30 kota lainnya pada 2022 ini. Mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Sorong. Zaldy pun berharap ekspansi bisnis tersebut dapat dibarengi dengan membaiknya akses transportasi di luar Jawa.
Pasalnya, dia menilai, saat ini prospek pertumbuhan bisnis cold chain juga masih diwarnai dengan tantangan distribusi melalui udara yang berbiaya tinggi serta masih banyaknya peralatan cold chain yang masih harus impor. Senada dengan Paxel, Anteraja juga mulai layanan makanan beku atau frozen food. VP Sales & Marketing Anteraja Andri Hidayat optimistis inovasi layanan tersebut dapat mendorong kinerja Anteraja ke depan.
“Pada pertengahan 2022, Anteraja menghadirkan layanan Anteraja Frozen. Layanan ini dihadirkan seiring dengan peningkatan kebutuhan pasar untuk pengiriman makanan beku. Saat ini layanan Anteraja Frozen bisa digunakan bagi para warga Jabodetabek,” terangnya.
Andri menilai dalam bisnis Frozen Food, pengemasan dan pengiriman menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan. Memiliki daya tahan yang sebentar di luar ruang, frozen food membutuhkan penanganan khusus baik dalam pengemasan dan pengiriman agar dapat sampai dengan aman ke tangan pelanggan.
Oleh sebab itu, Layanan Anteraja Frozen dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendingin dalam setiap proses pengirimannya. Setiap kurir yang bertugas untuk menjemput/mengirimkan paket beku akan dibekali dengan tas pendingin, selain itu juga disiapkan freezer di titik-titik operasional untuk menjaga ketahanan suhu tersebut. Para kurir juga akan menempelkan stiker khusus penanda untuk memastikan paket frozen mendapatkan perlakuan khusus.
Diluar kelengkapan peralatan ini, para pengirim juga perlu memastikan paket yang dikirimkan sudah dikemas dengan baik dan tidak bocor. Dengan perlengkapan dan penanganan khusus, paket yang dikirimkan memiliki sejumlah kriteria. Di antaranya dengan berat maksimal 5 Kg, bersuhu -5 hingga 2 derajat celsius dengan dimensi 30cm x 30cm x 20 cm. Pengembangan dan penyempurnaan layanan cold chain ini merupakan salah satu strategi yang akan dijalankan oleh Anteraja. Di samping itu Anteraja juga sedang mengembangkan layanan baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen seperti Kargo. Andri berpendapat layanan baru yang didukung dengan e-commerce, fintech, digital payment dan penggunaan teknologi digital akan menjadi mesin pertumbuhan yang baru seiring dengan peningkatan pengguna internet yang didorong oleh perubahan kebiasaan belanja masyarakat ke sistem online.
Anteraja membidik target volume pengiriman hingga akhir tahun ini dapat mencapai lebih dari 1,5 juta parsel per hari. Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia Hasanuddin Yasni memproyeksikan logistik cold chain masih akan bertumbuh signifikan secara jangka panjang. Menurutnya, prospek pertumbuhan cold chain bakal terdongkrak oleh tingginya permintaan frozen food atau makanan beku. Selama pandemi Covid-19, sebutnya, masyarakat telah terbiasa menjadikan frozen food yang disimpan di kulkas sebagai stok di rumah. “Geliat industri cold chain sudah dimulai kembali pada Semester II/2021 walaupun sempat terkoreksi karena mahalnya biaya pengiriman impor bahan baku dan mesin pendingin hingga mencapai 3 kali lipat,” ujarnya. Pada 2022 ini, dia melihat para pelaku cold chain terus berekspansi terhadap bisnis yang sudah ada. Ditambah dengan masuknya pemain-pemain baru yang melihat potensi pasar ekspor impor dan domestik.
Penyedia jasa layanan frozen food pun menjadi ladang bisnis yang sangat berpeluang sejalan dengan pesatnya pertumbuhan marketplace dan e-commerce yang mempermudah akses pemesanan daring. Hal ini, lantas dimanfaatkan oleh para pelaku penyedia jasa layanan dry products yang konsumennya sudah terbentuk melalui jaringan IoT yang telah dimiliki. Mereka secara bertahap membuat hub penyimpanan sebagai titik-titik pengambilan dan pengumpulan frozen food pada proses pengiriman hingga ke konsumen akhir. Bahkan, lanjutnya, fasilitas hub penyimpanan tersebut juga diperbaiki oleh pelaku logistik.
Dimulai dari chest-freezer bertahap disempurnakan baik dengan mini cold storage maupun portable cold storage. Pada 2021 lalu, tuturnya, permintaan pengiriman frozen food berkisar antara 120.000 sampai 160.000 paket per hari. Pada periode sibuk seperti hari libur panjang nasional dan bulan puasa, hanya terlayani 60 persen dengan sistem cold chain yang baik. Kemudian, pada Semester I/2022, rerata permintaan menyentuh di angka 400.000 an per hari pada bulan puasa dan lebaran kemarin. Angka ini menjadi katalisator positif dalam membangun infrastruktur cold chain di rantai last mile cool delivery.
“Beberapa pemain di rantai ini seperti Paxel dan disusul Anteraja telah menyusun strategi dalam pengembangan area pengiriman. Kedepannya juga akan muncul beberapa pemain lainnya yang baru dan tersegmentasi dari unit bisnis para marketplace,” jelasnya. Hasanuddin menilai kue di pasar cold chain tetap menjanjikan. Dia memerinci di rantai segmen first mile yang memasok bahan baku segar ke food processing, juga menjadi ladang bisnis tersendiri. Belum lagi di rantai middle mile dari jasa layanan reefer transport yang disediakan oleh pemain khusus dan 3PL.
Sementara untuk rantai last mile akan menjadi industry’s guide bagi bisnis cold chain ke depan. Berdasarkan catatannya, tahun lalu, jumlah cold storage existing yang dimiliki para pelaku sudah berjumlah lebih dari 2,5 juta pallet position (PP) atau tumbuh sekitar 103.000 pallet position dibandingkan dengan pada 2020 lalu. Dia memprediksikan pada 2022 ini bisa bertambah sekitar 140.000 PP seiring dengan ekspansi para pelaku. Pertumbuhan industri cold chain ini, hampir sepenuhnya didukung oleh ekspansi logistik pemain besar third party logistics atau yang selama ini dikenal dengan 3PL. “Sehubungan dengan capital investment yang cukup tinggi, strategi kolaborasi agar konektivitas yang terdigitalisasi dengan baik dan terinformasi transparan, menjadi tantangan dalam berkompetisi kedepan,” ujarnya.